Kamis, 16 Desember 2010

Seseorang

seorang turun dari tangga dan mengatakan "Alhamdulillah aku turun dengan selamat"

sedikit lebih banyak
menyusun kesalahan
dan memulai lagi
terus hingga kesalahan itu tak terasa lagi
dan hingga terbiasa
dan akhirnya aku paham apa yang sedang aku lakukan
dimulai dari kesalahan yang aku pahami
hingga jalannya sesungguhnya terasa lebih mudah

dan mulai aku pahami kata demi kata yang ku rangkai
ku pahami lagi apa yang ku tuliskan untuk diriku sendiri
semoga aku tak menjadi frustasi dan aku meminta saran yang benar pada seseorang yang pintar

Selasa, 14 Desember 2010

temanku datang dan mengatakan sesuatu yang membuatku terbangun dari tidurku.  aku duduk di depan seorang yang sedang duduk memegang pedang dan akan menebas diriku. hampir mati jika aku tak terbangun dari tidurku.

Tampangmu begitu bodoh lebih baik dariku. 

Pembicaraan

Dia yang memulainya, biarkan saja dia yang menangis. pikiranmu sungguh bodoh, kenapa kau membiarkannya menangis? ingin ku pukul kau sebagai laki-laki bodoh. ia aku tau, sekarang aku akan mendekati orang itu yang menangis, dan akan aku katakan sesuatu yang mungkin bisa membuatnya diam, dan berhenti dari tangisannya. mungkin itu cukup membuatmu tak ingin memukul ku lagi. apa! aku tetap ingin memukulmu karena kau telah melakukannya. melakukan apa? saya sudah membuatnya diam dari tangisannya, apa kau tetap ingin memukulku. kalau kau memukul aku akan memukul seorang yang menangis ini. terserah kau. apa yang ada dalam pikiranmu!!! ada apa pula yang ada di pikiranmu? aku bersikap apa yang benar. sungguh bodoh dirimu serta tampang mu. aku tak ingin melanjutkan pembicaraan ini. dan ku katakan titik. terserah kau! pergi saja apa maumu.

Minggu, 12 Desember 2010

Kata-kata Soe Hok Gie

Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.

Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.

Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.

Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.

Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.

Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi "manusia-manusia yang biasa". Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.

Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.

Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.

Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir?

Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis…

Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.

Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.

Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia.

To be a human is to be destroyed.

Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin.

Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.

I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist.

Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.

Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.

Saya tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya.

Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.

Jumat, 10 Desember 2010

Bunga di Tepi Jalan

Suatu kali ku temukan 

bunga di tepi jalan

Siapa yang menanamnya

Tak seorangpun mengira

Bunga di tepi jalan

Alangkah indahnya

Oh... kasian

Kan ku petik

s'belum layu


Di sekitar belukar

dan rumput gersang

Seorangpun takkan mau

Memperhatikan

Biarlah kan kuambil

Penghias rumahku

Oh... kasian

Kan kupetik

S'belum layu